Seperti biasa, ketika mengetahui bahwa saya adalah lulusan
Psikologi, pasti ada yang bilang, “Sof, tolong nih lihat kejiwaannya gimana?!”
sambil nunjuk salah seorang teman, atau “Sof, nurut kamu aku gimana orangnya?”
seolah mereka percaya aku benar-benar jadi peramal, hahaha.
Nah ketika pertemuan kemarin, seorang teman yang sudah 13
tahun tidak bertemu dengan saya bertanya, “Sof, aku mau nanya, aku punya temen,
dia sangat susah percaya sama orang lain. Itu kenapa, ya? Katanya sih dia itu
sering dikhianati/dibohohi sama orang, makanya dia kayak gitu.”
Dengan simple aku menjawab, “Nah itu kamu sudah jawab
sendiri pertanyaannya.”
“Iya kan?! Aku juga udah bilang gitu ke dia, karena dia
keseringan dibohongin orang, tapi gimana ya ….”
Pertanyaannya terpotong oleh rieweh-nya gelak
tawa teman-teman lain yang sedang bercanda. Akhirnya kami pun menyudahi
pembahasan dan mengikuti alur perbincangan mereka.
Sebagai orang yang suka melamun, saya sering melamunkan
hal-hal yang telah terjadi pada diri saya. Bahkan seringkali celetukan
sederhana orang lain bisa saya pikirkan dan resapi dalam waktu yang lama. Sama
halnya dengan pertanyaan teman tadi, mengapa kita bisa sulit percaya dengan
orang lain? Kalau menurut saya, memang begitulah yang seharusnya kita lakukan.
Kita tidak bisa percaya 100% dengan orang lain, karena orang hanyalah orang,
yang sangat tidak menutup kemungkinan dapat khilaf atau sengaja mengkhianati
kita, atau sangat mungkin berbohong. Ya, itulah manusia biasa. Lalu, kepada
siapa kita seharusnya percaya 100%? Mudah saja, kembalilah pada rukun iman.
Keenam rukun iman merupakan tuntunan kemana kita harus percaya.
Hayo pada ingat nggak apa saja rukun iman itu? Yap! Rukun
iman terdiri dari iman kepada Allah SWT., iman kepada malaikat, iman kepada
kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, iman kepada hari kiamat, dan
iman kepada qada dan qadar. Dengan mempercayai tuntunan Allah dalam rukun iman,
pasti kita tidak akan merasa dikecewakan, apalagi dikhianati. Lalu, bagaimana
dengan manusia atau orang lain yang merupakan makhluk Allah? Kita bisa memberi
kepercayaan kita 50% saja, biarlah 50% nya kita meyakini bahwa ada saja
kemungkinan manusia memiliki khilaf kepada kita. Ini menurut saya bukan
su’udzon loh. Hal ini agar kita tidak selalu berharap dan bergantung kepada
makhluk 100%.
Semua manusia termasuk saya, sangat sering berbuat salah
bahkan mengecewakan orang lain, baik disengaja maupun yang tidak. Misal
saja kita sudah berjanji bertemu teman pukul 10 pagi, sedangkan kita datang
menemuinya pukul 10.30 pagi. Nah, otomatis kita sudah melanggar janji tersebut
dan tidak menutup kemungkinan kita akan mengecewakan teman (saya terkadang juga
seperti ini loh, astaghfirullah). Begitu pun orang lain, misalnya
ia terpaksa berbohong, atau terlambat dari waktu yang telah dijanjikan, itu
bisa juga membuat kita kecewa. Oleh sebab itu, dengan kepercayaan 50% saja kita
tidak akan merasa terlalu kecewa dan dapat memaklumi kekhilafan orang lain.
Jika mereka on time bahkan in time, nah itu akan
menjadi sangat menyenangkan kan tentunya!
Hingga saat ini, saya masih sangat mudah percaya kepada
orang lain. Saya pun tidak menyarankan untuk tidak mempercayai orang lain,
apalagi orang terdekat kita. Tapi saya pribadi sedang berusaha meyakini bahwa
orang lain ada kemungkinan berbuat salah, sehingga it’s okay jika
mereka khilaf. Allah akan memberikan kita jalan yang terbaik, hidup yang
terbaik, dan lingkungan yang terbaik. Kita hanya harus percaya itu. Jika kita
diberi kegagalan atau ditunjukkan bahwa jalan yang kita tempuh adalah buruk,
kita seharusnya bersyukur, karena kita diperintah Allah untuk mengarah ke jalan
yang lebih baik. Ada ayat Allah SWT. yang berarti: Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (Al-Baqarah: 216). Nah kalau
kita percaya 100% dengan Allah SWT., niscaya kita akan merasakan apa yang
terbaik bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar