Selasa, 17 Oktober 2017

Percaya 100%

Pagi ini tiba-tiba saya teringat dengan pertemuan dengan teman-teman SD di rumah salah seorang teman yang Open House beberapa minggu lalu. Banyak hal yang kami bagi dan diskusikan, mulai dari pengalaman ketka SD dulu, diskusi tentang tatto (karena ada seorang teman yang bertatto), cerita tentang sekolah lanjutan setelah SD, hingga karir saat ini.

Seperti biasa, ketika mengetahui bahwa saya adalah lulusan Psikologi, pasti ada yang bilang, “Sof, tolong nih lihat kejiwaannya gimana?!” sambil nunjuk salah seorang teman, atau “Sof, nurut kamu aku gimana orangnya?” seolah mereka percaya aku benar-benar jadi peramal, hahaha.
Nah ketika pertemuan kemarin, seorang teman yang sudah 13 tahun tidak bertemu dengan saya bertanya, “Sof, aku mau nanya, aku punya temen, dia sangat susah percaya sama orang lain. Itu kenapa, ya? Katanya sih dia itu sering dikhianati/dibohohi sama orang, makanya dia kayak gitu.”
Dengan simple aku menjawab, “Nah itu kamu sudah jawab sendiri pertanyaannya.”
“Iya kan?! Aku juga udah bilang gitu ke dia, karena dia keseringan dibohongin orang, tapi gimana ya ….”
Pertanyaannya terpotong oleh rieweh-nya gelak tawa teman-teman lain yang sedang bercanda. Akhirnya kami pun menyudahi pembahasan dan mengikuti alur perbincangan mereka.

Sebagai orang yang suka melamun, saya sering melamunkan hal-hal yang telah terjadi pada diri saya. Bahkan seringkali celetukan sederhana orang lain bisa saya pikirkan dan resapi dalam waktu yang lama. Sama halnya dengan pertanyaan teman tadi, mengapa kita bisa sulit percaya dengan orang lain? Kalau menurut saya, memang begitulah yang seharusnya kita lakukan. Kita tidak bisa percaya 100% dengan orang lain, karena orang hanyalah orang, yang sangat tidak menutup kemungkinan dapat khilaf atau sengaja mengkhianati kita, atau sangat mungkin berbohong. Ya, itulah manusia biasa. Lalu, kepada siapa kita seharusnya percaya 100%? Mudah saja, kembalilah pada rukun iman. Keenam rukun iman merupakan tuntunan kemana kita harus percaya.

Hayo pada ingat nggak apa saja rukun iman itu? Yap! Rukun iman terdiri dari iman kepada Allah SWT., iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada qada dan qadar. Dengan mempercayai tuntunan Allah dalam rukun iman, pasti kita tidak akan merasa dikecewakan, apalagi dikhianati. Lalu, bagaimana dengan manusia atau orang lain yang merupakan makhluk Allah? Kita bisa memberi kepercayaan kita 50% saja, biarlah 50% nya kita meyakini bahwa ada saja kemungkinan manusia memiliki khilaf kepada kita. Ini menurut saya bukan su’udzon loh. Hal ini agar kita tidak selalu berharap dan bergantung kepada makhluk 100%.

Semua manusia termasuk saya, sangat sering berbuat salah bahkan mengecewakan orang lain, baik disengaja maupun yang tidak. Misal saja kita sudah berjanji bertemu teman pukul 10 pagi, sedangkan kita datang menemuinya pukul 10.30 pagi. Nah, otomatis kita sudah melanggar janji tersebut dan tidak menutup kemungkinan kita akan mengecewakan teman (saya terkadang juga seperti ini loh, astaghfirullah). Begitu pun orang lain, misalnya ia terpaksa berbohong, atau terlambat dari waktu yang telah dijanjikan, itu bisa juga membuat kita kecewa. Oleh sebab itu, dengan kepercayaan 50% saja kita tidak akan merasa terlalu kecewa dan dapat memaklumi kekhilafan orang lain. Jika mereka on time bahkan in time, nah itu akan menjadi sangat menyenangkan kan tentunya!

Hingga saat ini, saya masih sangat mudah percaya kepada orang lain. Saya pun tidak menyarankan untuk tidak mempercayai orang lain, apalagi orang terdekat kita. Tapi saya pribadi sedang berusaha meyakini bahwa orang lain ada kemungkinan berbuat salah, sehingga it’s okay jika mereka khilaf. Allah akan memberikan kita jalan yang terbaik, hidup yang terbaik, dan lingkungan yang terbaik. Kita hanya harus percaya itu. Jika kita diberi kegagalan atau ditunjukkan bahwa jalan yang kita tempuh adalah buruk, kita seharusnya bersyukur, karena kita diperintah Allah untuk mengarah ke jalan yang lebih baik. Ada ayat Allah SWT. yang berarti: Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (Al-Baqarah: 216). Nah kalau kita percaya 100% dengan Allah SWT., niscaya kita akan merasakan apa yang terbaik bagi kita.

Semoga bermanfaat, amiin.

Kamis, 03 Agustus 2017

Mengapa Lamaran Pekerjaan Selalu Ditolak?

Kenapa ya lamaran saya ga pernah diterima? Saya sudah kirim berkas lengkap, sudah kirim ke alamatnya kok, tapi ga pernah ditelfon untuk interview? Apa berkas saya ga dibaca? Atau ga nyampe?

Selamat pagi!
Halo teman-teman, pernah ga sih bertanya-tanya, kenapa ya lamaran saya ga pernah diterima? Saya sudah kirim berkas lengkap, sudah kirim ke alamatnya kok, tapi ga pernah ditelfon untuk interview? Apa berkas saya ga dibaca? Atau ga nyampe?
Hari ini saya akan sharing pengalaman tentang kesalahan yang sering terjadi dalam melengkapi berkas lamaran pekerjaan dan sedikit mengulas bagaimana membuat lamaran pekerjaan yang baik. Sebenarnya, saya belum menjadi pakar dalam bidang HR, dan belum lama menggeluti dunia rekrutmen, namun dengan pengalaman saya menerima dan menyeleksi puluhan bahkan (bahkan mungkin hingga) ratusan berkas lamaran para jobseekers, saya jadi menemukan pola mengenai poin-poin yang penting dalam sebuah lamaran pekerjaan.

MEMAHAMI ISI LOWONGAN PEKERJAAN

Sebelum masuk ke pembahasan, penting kiranya anda benar-benar memahami isi lowongan pekerjaan yang akan dilamar. Apa saja? Tentu saja posisi yang dicari, apakah sesuai minat dan pengalaman kerja anda sebelumnya?; apa sajakah syarat kualifikasinya, apakah anda masuk dalam kualifikasi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis kelamin, kesehatan, pendidikan, usia, dsb; perusahaan apakah yang akan anda masuki, anda bisa googling informasi perusahaan tersebut, perusahaan bidang apa, apakah tempatnya bisa anda jangkau, perhitungkan juga akomodasinya.
Nah jika sudah dirasa cocok semuanya, maka saatnya mempersiapkan berkas lamaran selengkap dan sesempurna mungkin.

TANGGAL SURAT

Apa aja biasanya berkas yang dilengkapi dalam suatu lamaran pekerjaan? Yak, tentunya yang pertama adalah surat lamaran. Jujur, ketika menyeleksi lamaran, baik berkas fisik maupun dari email, saya melihat keseriusan pelamar dari surat lamarannya. Pertama, tanggal surat. Ini penting, loh. Rasanya gimana gitu kalau di awal membaca surat lamaran yang tanggalnya sudah lewat satu bulan lalu, atau ditulisnya tahun 2016, sedangkan kita buka lowongan tahun 2017, hebat juga ya surat lamaran bisa datang dari masa lalu?! Hehehe. Nah, hanya dari tanggal surat saja, saya sudah langsung bisa menilai, serius atau tidaknya pelamar. Kalau tanggalnya tidak logis atau terlalu lampau, berarti dia tidak teliti atau perhatian terhadap pekerjaannya, dan lamaran tersebut akhirnya ditolak.

NAMA PERUSAHAAN YANG DITUJU

Selain tanggal surat, poin kedua adalah tidak menuliskan nama perusahaan yang dituju. Saya kadang menemukan surat lamaran seperti ini:

Kepada Yth.
…………………………………. (tidak diisi)

di tempat

atau

Kepada Yth.
(menuliskan nama perusahaan lain)

di tempat

atau ada juga yang menulis nama perusahaannya benar, namun di badan surat tertulis:

Besar harapan saya dapat bekerja di Café Bapak/Ibu.

What? Café? Perusahaan ini kan perusahaan penjualan pakaian, kok malah café? Nah loh.
Mungkin saking banyaknya yang dilamar, sehingga lupa menuliskan nama perusahaan yang benar, atau itu berkas lamaran yang tidak jadi ditujukan ke perusahaan tersebut, dan langsung comot kirim surat pekerjaan yang ada, tanpa memperhatikan nama perusahaannya. Nah kalau sudah seperti itu, hemm akhirnya Perusahaan merasa surat tersebut salah alamat, dan akhirnya disisihkan dari berkas yang diterima.

MENULISKAN JABATAN

Yang ketiga, tidak menuliskan jabatan atau posisi yang akan dilamar. Hal ini mungkin akan dimaklumi Perusahaan jika ia memang membuka lowongan untuk satu posisi saja. Namun jika lebih, maka akan terjadi kebingungan, pelamar ini mau melamar di posisi apa? Bahkan di depan amplop tidak tertulis posisi yang dilamar. Jadi, penting juga untuk menyertakan jabatan yang akan dilamar di surat lamaran.

TANDA TANGAN DI AKHIR SURAT

Lalu yang keempat, bagaimana dengan tanda tangan di surat lamaran, menurut saya itu penting tergantung permintaan Perusahaan. Ada beberapa perusahaan yang mewajibkan tanda tangan di surat lamaran beserta materai, ada juga yang tidak. Nah jika tidak, maka tidak perlu materai, cukup tanda tangan saja.

NOMOR TELEPON

Selanjutnya yang kelima adalah tidak menyertakan nomor telepon, atau ternyata nomor teleponnya tidak bisa dihubungi. Kalau pengalaman saya, saya hanya menelepon pelamar untuk interview maksimal sebanyak tiga kali. Jika tidak menerima telepon atau tidak aktif hingga tiga kali, maka akan saya skip. Ada juga yang setelah beberapa jam kemudian menelepon balik, dan akhirnya terpaksa saya jadikan interviewee cadangan karena kuota pelamar yang akan diinterview sudah mencapai batas maksimal. Ya begitulah, sayang sekali kan kesempatan hilang hanya karena itu?!

BUAT CV YANG SIMPEL DAN JELAS

Keenam, kita masuk ke pembahasan Curriculum Vitae, yang sering disingkat CV, atau daftar riwayat hidup. Nah CV ini sebaiknya dibuat semenarik dan sesimpel mungkin. Selain itu juga harus padat akan informasi diri yang benar-benar penting. Misalnya: data diri, riwayat pendidikan, lulusan mana, jurusan apa, nilai atau IPK-nya berapa, riwayat pekerjaannya apa saja. Nah untuk riwayat pekerjaan lebih bagus kalau disebutkan nama perusahaannya, masa kerjanya, dan deskripsi pekerjaan yang dilakukan seperti apa. Hal tersebut sangat membantu untuk jadi pertimbangan bagi Perusahaan.

BERKAS PENDUKUNG YANG PENTING

Kemudian, berkas pendukung yang penting dimasukkan tentunya fotokopi ijazah terakhir dan transkrip nilai (jika Perusahaan mengutamakan syarat pendidikan). Kemudian jika anda melamar pekerjaan yang membutuhkan fisik kuat atau yang mengharuskan mobile (berpindah tempat/dinas), maka sangat dianjurkan menyertakan surat keterangan sehat dari dokter. Ada juga perusahaan yang mewajibkan surat berkelakuan baik atau disebut SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisan), nah monggo sertakan SKCK yang masih berlaku yah, jangan yang sudah expired, hehe.
Selain itu jika memiliki pengalaman kerja, anda bisa melampirkan surat pengalaman kerja. Dari situ Perusahaan tahu seberapa lama pengalaman anda, mengapa anda berhenti bekerja, apakah diberhentikan atau habis masa kontrak atau mengundurkan diri. Hal ini biasanya akan diulas lebih dalam pada saat interview.

Yah, intinya selain surat lamaran dan CV, sertakan seluruh berkas pendukung yang penting-penting saja dan mendukung kualifikasi yang tertulis di lowongan pekerjaan tersebut. Oh iya tambahan sedikit, untuk foto, jika tidak diminta (tidak diwajibkan jumlah dan ukuran fotonya), maka silakan beri foto hanya satu lembar saja, tidak perlu banyak-banyak. Standar ukuran foto biasanya 4 x 6, supaya wajahnya bisa terlihat jelas, hehe.

MENGIRIM BERKAS LAMARAN

Nah, setelah berkas lamaran sudah siap, sekarang saatnya mengirim berkas tersebut. Jika mengirimkan berkas fisik ke alamat perusahaan. Penting untuk menuliskan nama perusahaan tujuan dan alamatnya, biasanya sertakan bagian yang dituju, misalnya: Up. HRD, Up. Roni Setiawan (Recruitment Officer), misalnya seperti itu. Jangan lupa juga menuliskan nama dan nomor telepon anda, serta posisi yang akan dilamar. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, penulisan posisi yang dituju/dilamar merupakan hal yang sangat penting. Jadi, amplopnya jangan hanya polos tanpa keterangan tujuan dan pengirim, ya.

Selanjutnya jika anda mengirimkan berkas ke email Perusahaan, maka jangan lupa menuliskan posisi yang akan dilamar di subject atau judul email. Nah poin pentingnya juga, sertakan kata pengantar di badan/isi email, lalu lampirkan berkas lamarannya. Pengantar di badan email sangat bermanfaat untuk menunjukkan kesopanan dan keseriusan anda dalam melamar pekerjaan. Jika anda hanya mengirimkan lampiran berkas (atau bahkan tidak menulis judul email), itu seolah-olah anda ‘melempar’ berkas lamaran sambil berkata pada Perusahaan: “Nih, berkas gue, dibaca ya!” kan kurang sopan kesannya. Jadi kata pengantar tersebut sebagai bentuk sapaan dan mohon izin mengirimkan berkas melalui email, ya begitulah kiranya, hehe.

JANGAN LUPA BERDOA

Nah jika sudah mengirimkan lamaran sebagai bentuk ikhtiar/usaha, sekarang saatnya tawakal kepada Tuhan. Jangan pernah putus berdoa agar Tuhan memudahkan jalan kita mencari nafkah yang halal, baik, dan berkah, serta mendapat lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan. Amiin.
Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari artikel ini. Saya sangat berharap semoga artikel ini menjawab pertanyaan teman-teman tentang alasan lamarannya yang tak kunjung direspon. Jika ada kata-kata saya yang salah mohon dimaafkan dan saya sangat mengharapkan koreksi dari anda.

Selamat pagi, jangan lupa tersenyum, dan salam sukses untuk kita semua J